Modif Mitsubishi Galant VR & V6 hitam monim - terbaru sekali dari Modif Mitsubishi Galant VR & V6 hitam monim.
Meski tak
seheboh Mitsubishi Eterna DOHC 2.0L dan Lancer GTi 1.8L, Mitsubishi
Galant yang juga wara-wiri di Tanah Air antara 1993-1997 ternyata punya
penggemar sendiri. Bahkan klub atau komunitasnya sudah cukup solid.
Sangat mungkin mobil andalan Mitsubishi ini kini justru menjadi dream car back to 90s karena dulunya memang sebatas mimpi. "Waktu mobil pertama keluar, memang keren banget tetapi baru sekarang kesampaian punya tipe VR," terang Wahyudin, member Mitsubishi Galant Club yang tinggal di Bandung, Jabar.
Galant memiliki aura sport kental. Makanya saat keluar langsung hadir dalam 2 varian mesin, tipe VR yang bermesin 4 silinder 2.0L pasokan karburator dan mesin V6 yang sudah dilengkapi pasokan injeksi.
Didaulat menjadi penerus Eterna, Galant generasi ke-7 ini terbilang kondang dengan ciri khas mesin kencang. Di Indonesia dipatok dengan mesin ekonomis 4G63 berteknologi SOHC (Single Overhead Camshaft) dan 6A12 (V6 injeksi).
Pihak Mitsubishi selaku agen pemegang merek sengaja menawarkan alternatif bagi pencinta Mitsubishi pada waktu itu. Mesin 4 silinder berpasokan karburator bagi mereka yang butuh durabilitas tinggi sementara mesin V6 tipe 6A12 dengan hydraulic lash adjuster (HLA) untuk mereka yang speed lovers.
Meski hanya mengandalkan karburator, tipe VR diklaim tak kalah
pamor dengan versi V6 karena performa mesin dan karburator yang
dilengkapi choke dengan sensor bi-metal sanggup mengail konsumsi yang
hemat (9 km/liter) dan performa yang berimbang (top speed 180 km/jam).
"Bagi yang doyan cruising keluar kota lewat jalan tol, Galant V6 yang masih SOHC memang tak ada matinya, tetapi yang lebih sering berkutat dengan jalanan macet, mesin 4 silinder jadi pilihan terbaik," papar Wahyudin yang doyan "mengukur" jalan tol Cipularang.
Kini setelah wara-wiri selama 18 tahun di Indonesia, varian VR dan V6 malah makin banyak yang diburu penggemarnya. "Bisa jadi lantaran suku cadang copotan atau eks limbah juga semakin banyak tersedia di pasar sehingga makin mudah untuk merawat Galant generasi ke-7 ini," sahut Talim, salah satu dedengkot Mitsubishi Galant Club, Jakarta.
Tambah bikin ngiler, bila melongok harga pasaran bekasnya yang semakin masuk akal, antara Rp 40-55 juta (VR) dan Rp 60-68 juta (V6). Dengan fitur yang lengkap dan kenyamanan bak sedan premium, harga tadi menjadi reasonable mengingat kompetitornya yang juga 4 silinder seperti Honda Cielo atau Toyota Corona masih dibanderol Rp 60 jutaan.
Bisa terpantau dari member yang join di klub atau milis semakin banyak yang mendaftar dengan besutan Galant VR atau V6. "Saat kita mengadakan gathering, pemakai Galant "Lele" semakin banyak saja, padahal di awal-awal bisa dihitung dengan jari," kenang Talim yang pakai Galant generasi ke-6.
Memang buat sebagian orang, bodi Galant termasuk bongsor sehingga garasi rumah harus ekstra besar. Itu pula yang menjadi keengganan untuk memelihara Galant selama ini. "Saya sih suka banget dengan Galant, tetapi garasi rumah sempit dan rumah masuk gang," kelakar Fahmi yang akhirnya memilih Lancer GTi 1995 sebagai "kaki" untuk ke kantor.
Bicara perawatan, hampir tak ada yang mempermasalahkan alias masih bisa ditanggulangi. Itu makanya komunitas, milis dan klub semakin marak berisi konsultasi antar sesama member. "Dulu sebelum ada milis, kami kelimpungan bila ada problem teknis," jujur Talim lagi.
Ternyata, setelah ketemu celahnya, perawatan tak begitu sulit dan mahal seperti yang dibayangkan banyak orang. Parts copotan dari limbah Singapura atau suku cadang KW mulai banyak tersedia di sentra onderdil.
Bicara pajak pertahun pun tak sampai harus ‘mencekik leher’ pemiliknya. Cukup sediakan dana Rp 800 ribuan pertahun untuk varian VR keluaran 1993. Tak heran bila varian VR lebih banyak dicari ketimbang yang V6.
Sangat mungkin mobil andalan Mitsubishi ini kini justru menjadi dream car back to 90s karena dulunya memang sebatas mimpi. "Waktu mobil pertama keluar, memang keren banget tetapi baru sekarang kesampaian punya tipe VR," terang Wahyudin, member Mitsubishi Galant Club yang tinggal di Bandung, Jabar.
Galant memiliki aura sport kental. Makanya saat keluar langsung hadir dalam 2 varian mesin, tipe VR yang bermesin 4 silinder 2.0L pasokan karburator dan mesin V6 yang sudah dilengkapi pasokan injeksi.
Didaulat menjadi penerus Eterna, Galant generasi ke-7 ini terbilang kondang dengan ciri khas mesin kencang. Di Indonesia dipatok dengan mesin ekonomis 4G63 berteknologi SOHC (Single Overhead Camshaft) dan 6A12 (V6 injeksi).
Pihak Mitsubishi selaku agen pemegang merek sengaja menawarkan alternatif bagi pencinta Mitsubishi pada waktu itu. Mesin 4 silinder berpasokan karburator bagi mereka yang butuh durabilitas tinggi sementara mesin V6 tipe 6A12 dengan hydraulic lash adjuster (HLA) untuk mereka yang speed lovers.
"Bagi yang doyan cruising keluar kota lewat jalan tol, Galant V6 yang masih SOHC memang tak ada matinya, tetapi yang lebih sering berkutat dengan jalanan macet, mesin 4 silinder jadi pilihan terbaik," papar Wahyudin yang doyan "mengukur" jalan tol Cipularang.
Kini setelah wara-wiri selama 18 tahun di Indonesia, varian VR dan V6 malah makin banyak yang diburu penggemarnya. "Bisa jadi lantaran suku cadang copotan atau eks limbah juga semakin banyak tersedia di pasar sehingga makin mudah untuk merawat Galant generasi ke-7 ini," sahut Talim, salah satu dedengkot Mitsubishi Galant Club, Jakarta.
Tambah bikin ngiler, bila melongok harga pasaran bekasnya yang semakin masuk akal, antara Rp 40-55 juta (VR) dan Rp 60-68 juta (V6). Dengan fitur yang lengkap dan kenyamanan bak sedan premium, harga tadi menjadi reasonable mengingat kompetitornya yang juga 4 silinder seperti Honda Cielo atau Toyota Corona masih dibanderol Rp 60 jutaan.
Bisa terpantau dari member yang join di klub atau milis semakin banyak yang mendaftar dengan besutan Galant VR atau V6. "Saat kita mengadakan gathering, pemakai Galant "Lele" semakin banyak saja, padahal di awal-awal bisa dihitung dengan jari," kenang Talim yang pakai Galant generasi ke-6.
Memang buat sebagian orang, bodi Galant termasuk bongsor sehingga garasi rumah harus ekstra besar. Itu pula yang menjadi keengganan untuk memelihara Galant selama ini. "Saya sih suka banget dengan Galant, tetapi garasi rumah sempit dan rumah masuk gang," kelakar Fahmi yang akhirnya memilih Lancer GTi 1995 sebagai "kaki" untuk ke kantor.
Bicara perawatan, hampir tak ada yang mempermasalahkan alias masih bisa ditanggulangi. Itu makanya komunitas, milis dan klub semakin marak berisi konsultasi antar sesama member. "Dulu sebelum ada milis, kami kelimpungan bila ada problem teknis," jujur Talim lagi.
Ternyata, setelah ketemu celahnya, perawatan tak begitu sulit dan mahal seperti yang dibayangkan banyak orang. Parts copotan dari limbah Singapura atau suku cadang KW mulai banyak tersedia di sentra onderdil.
Bicara pajak pertahun pun tak sampai harus ‘mencekik leher’ pemiliknya. Cukup sediakan dana Rp 800 ribuan pertahun untuk varian VR keluaran 1993. Tak heran bila varian VR lebih banyak dicari ketimbang yang V6.