“Jadinya, rpm enggak perlu tinggi sampai 14.000 rpm. Itu malah rugi sendiri buat pembalap,” beber Hawadis, tunner motor Topan di tim Yamaha Yamalube Nissin KYT Tunggal Jaya Motor, Jakarta.
Akselerasi yang sip dihasilkan dengan mengatur ulang lubang isap. Supaya campuran bahan bakar dan udara lebih cepat masuk ke ruang bakar. Plus lagi ukuran porting isap mesti diperkecil dari biasanya.
Hawadis yang bermarkas di Tanjung Priok, Jakarta Utara itu memperkecil porting isap jadi 23,8 mm. “Ibarat slang. Diameternya kecil ataupun besar mempengaruhi tekanan suplai bahan bakar,” kata Hawadis yang berkumis tipis.
Sokbraker diset sendiri oleh Topan
Coba bayangkan deh slang air. Dengan tekanan air yang sama tapi
diameter slangnya berbeda akan dihasilkan tekanan air yang berbeda juga.Begitu juga bedanya antara porting yang diracikan sama Hawadis. “Saya sudah coba pakai 24 mm di Sentul kecil tapi motor malah enggak bisa cepat keluar tikungan,” bilangnya
Memang,lubang porting 23,8 mm sedikit lebih kecil dibanding yang biasa dibikin Hawadis untuk trek di luar Sentul kecil. Dia biasanya mematok lubang isap 24 mm. Ukuran ini biasa diaplikasi trek yang mengandalkan power.
Bahkan, sirkuit besar seperti di Sepang, Malaysia, Hawadis sanggup bikin diameter porting in jadi 24,5 mm. “Ya, itu sirkuit besar. Semakin besar porting isap, akselerasi enggak bisa cepat. Tenaga semakin besar, tapi percepatan jadi lelet,” urai Hawadis yang menggunakan klep in 27,5 mm dan klep buang 23 mm.
Porting isap diperkecil, kem cepat membuka
Memang, racikan Hawadis untuk Jupiter-Z yang ditunggangi Topang
juga sukses menyabet podium di FIM ARRC 2011, Sepang, Malaysia. Tapi,
spesifikasi porting di Sepang tentunya berbeda dengan di Sentul kecil
Minggu lalu.Karakter mesin untuk di Sentul kecil harus bisa menghasilkan irama yang rata. Putaran mesin enggak boleh ngedrop saat deselerasi dan tenaga enggak bisa kelewat besar waktu gas dibuka perlahan untuk keluar dari belokan.
Karena itu, durasi klep juga mengikuti kebutuhan trek yang butuh akselerasi. Bukaan klep in 33 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 58 derajat sebelum TMB (Titik Mati Bawah). Sedangkan katup buang membuka 57 derajat sebelum TMB dan menutup 32 derajat setelah TMA.
Selain itu, pilihan per klep juga dilakukan supaya akselerasi mesin tetap maksimal. “Supaya akselerasi stabil pilihan per klep juga enggak boleh sembarang. Saya pakai per klep Jepang yang lama karena enggak terlalu keras,” kata Hawadis.
Rumusan porting diperkecil, buka-tutup klep dipersingkat, dan pemilihan per klep menghasilkan mesin yang stabil menjaga rpm. Tunggangan pun mudah dikendalikan. “Rpmnya dijaga jangan lebih dari 12.000 rpm supaya mesin aman,” tutup Hawadis. Selamat deh! (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
CDI: BRT
Karbu: Mikuni TM 24
Knalpot: R9
Ban: IRC 90/80-17
Sok belakang: YSS