Modifikasi Toyota Sprinter Trueno 1984 putih simple - tewrbaru memuaskan mantab ada dari Modifikasi Toyota Sprinter Trueno 1984 putih simple.
Jakarta - Setelah sekian
lama menanti sosok mobil yang sedang naik daun lantaran kemunculannya
di ajang drift, akhirnya sang pemilik bersedia meluangkan waktunya untuk
diabadikan oleh RETROISME.
Melihat Sprinter Trueno keluaran
tahun 1984 ini, tampilannya memang bagaikan magnet yang mampu menarik
mata yang memandang. Sungguh beruntung Echa mendapatkan Sprinter Trueno
yang berstatus langka ini. “Saya dapetnya di sekitar Lombok, kondisinya
masih bagus dengan bodi yang masih mulus,” terang Echa.
Setelah
dibawa ke Jakarta, Echa menginginkan konsep tampilan yang berbeda pada
Sprinter Trueno miliknya. Menurutnya, tampilan ala mobil drift tak lagi
memberikan sesuatu yang berbeda baginya.
Pelampiasannya, Echa mencomot tampilan ala mobil touring Group C
di Jepang. Karena sejatinya, “Sprinter Trueno lebih dahulu terkenal di
ajang balap turing di Jepang pada tahun 1980-an, maka konsep ubahannya
pun berkiblat kesana,” tambahnya.
Identitas ala mobil touring pun disematkan dengan detail
olehnya. Lihat saja tampilannya kini yang lebih lebar dengan pemakaian
wide body buatan Vertex lengkap dengan body kit-nya.
Sebagai informasi, wide body umum digunakan untuk mobil turing,
lantaran untuk mengakomodir setelan suspensi yang dibuat lebih lebar
untuk menyediakan traksi yang maksimal di lintasan sirkuit. Seperti yang
dipasangkan pada Trueno milik Echa, wide body Vertex-nya ini lebih
lebar sekitar 3 jari atau 5 cm dari kondisi standar.
Hal tersebut berimbas pada pemakaian velg Work Equip 01
berukuran 15x(9+10) pada kaki-kaki Truenonya. Offset-nya pun -3 di depan
dan -5 untuk belakang agar kedudukan velg dapat sejajar dengan dengan
fender. Memang sulit untuk mendapatkan velg dengan konstruksi ekstrem
tersebut. Namun Echa memilih untuk memesan langsung ke pabrikan agar
dibuatkan khusus untuk Trueno-nya.
Hasilnya memang berbanding lurus, karena kini velg berkonstruksi
3 piece ini terlihat klop dengan wide body yang telah terpasang.
Terlebih dengan bantuan coilover Gab Sport yang bisa membuat bodi kompak
Trueno turun hingga 3 cm. Sehingga seperti yang kamu lihat, bibir velg
pun bisa dibuat lebih menempel dengan fender dengan hanya menyisakan
sedikit ruang untuk bermain. Sadis!
Berbeda dengan tampilan eksterior yang mengundang banyak decak
kagum, pada sektor mesin, Echa tak menginginkan perubahan yang krusial.
Alasannya pun kuat, lantaran Trueno miliknya ini hanya untuk konsumsi
daily used. Sehingga, ubahan untuk menghasilkan output yang beringas
dinilai tak perlu.
Proses tuning yang dilakukan pun hanya sekedar membuat mesin
legendaries 4A-GE dapat memberikan respon lebih sigap. “Karena saya
tidak mengejar mesin yang kenceng, hanya ingin menampilkan seperti
tampilan mobil turing pada jamannya,” sahutnya.
Salah satunya,
dengan menggunakan kem TRD berkonfigurasi 272° untuk memberikan karakter
tenaga yang lebih padat hingga putaran atas. Sementara throttle body
dan per klep menggunakan HKS dan diatur dengan ECU dari Cusco, untuk
memberikan performa yang lebih maksimal kalau Echa lagi kambuh
‘penyakit’ ngebutnya.
Setelah rampung, Trueno berkelir xirallic white dari DuPont ini
malah kerap terlihat di ajang drift nasional. Bukan untuk turun drift
memang, namun Echa sekedar membawanya berjalan-jalan kemanapun dia suka.
Kabarnya, sebuah Trueno sedang dibangun untuk fokus turun di ajang
drift dengan persiapan yang matang. Kita tunggu saja kemunculannya!
Depan Belakang BedaUntuk pemasangan fender
Vertex di tubuh Trueno, perlu trik khusus dan berbeda untuk fender depan
dan belakang. Untuk fender depan misalnya, lebih mudah lantaran tinggal
melepas fender asli bawaan Trueno dan menggantinya dengan milik Vertex.
Tak ada ubahan berarti untuk fender depan lantaran konstruksi bolt
on-nya tinggal memasangkan dengan baut saja.
Sementara untuk yang
belakang, ditempuh dengan proses kondom, dimana, fender asli masih
terpasang, dan hanya ditempel dengan fender milik Vertex. Untuk
menempelkan ke bodi Trueno, memerlukan cairan silikon khusus yang
dilanjutkan dengan bor pada pinggiran fender dan bodi.
“Di bor
lantaran untuk proses divert-nya agar lebih kuat menempel fendernya,”
terang Jona yang bertanggung jawab atas pemasangan fender dan body kit
pada Trueno Echa ini.
Divert yang dimaksud adalah pemasangan baut
model tarik pada pinggiran fender dan bodi agar dapat menempel
sempurna. Setelah itu, pada bekas bor tersebut ditambal lagi dengan
fiberglass dan didempul ulang agar terlihat rapi sebelum masuk proses
cat. Proses pemasangan sendiri membutuhkan waktu 1,5 bulan berikut
pengecatannya.
Agar Tak Mudah Kehilangan TraksiMeski
bukan untuk konsumsi drift, Echa tetap memasangkan limited slip TRD 1,5
way agar mampu mengeliminir kehilangan traksi ban belakang. Hal
tersebut dikarenakan “Bobot Trueno ringan, sehingga ban belakang mudah
untuk kehilangan traksi.
Terlebih saat melakukan akselerasi
mendadak,” ungkap Echa. Sementara untuk kopling set cukup dengan
menggunakan OS Giken double clutch untuk menghindari selip saat
perpindahan gigi.
(mobil.otomotifnet.com)