Supermoto ini basisnya dari rongsokkan tabrakan dan bikin pemiliknya cacat seumur hidup, kakinya patah. Merek motornya Montrack, ya basisnya garuk tanah juga dan masih sebangsa supermoto. Tetapi harus dibangun sesuai tubuh pemiliknya yang agak pendek dan ditambah cacat pula.
Untung saja pemilik bernama Hadi Rismono yang asli Tegal, bukan datang ke ahli urut tulang benaran. Ia bertemu empat mata dan empat kaki dengan Topo Goedel Atmodjo. “Terserah
Mas Topo, asal motornya masih bisa berfungsi dan jadi supermoto. Sebab
motor ini jadi rongsokkan selama 2 tahun sejak kecelakaan,” kata Hadi yang bila diperhatikan mirip bintang sinetron Vino G Bastian, tapi logatnya tetap ngapak ala penjual Warteg alias Teghal.
Topo ini aslinya dari Tauco Custom dibilangan Kebagusan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Dalam jam terbangnya merusak motor dan memperbaiki ulang jadi cantik,
Topo paham maunya Pak Hadi. Topo hanya dipaksa melakukan harmonisasi
rancang bangun sesuai konsep pemilik yang kontet. Padahal di mana-mana dasarnya special engine
(SE) yang hanya ganti roda aspal jadi 17 inci depan dan belakang,
tetap jangkung dan kekar. Sedang pemiliknya pendekar alias pendek dan
kekar yang hanya 160 cm dan berat 100 kg, hehehe.
Pilihannya jelas kaki-kaki SE yang bukan untuk grade A, tetapi milik anak-anak. Misalnya suspensi dari SE85 alias Yamaha YZ85. Walau untuk pembibitan anak-anak, sokbreker depannya telah up-side down. Soal
pemasangan di komstir Montrack, Topo sanggup dengan tutup mata. Maklum,
yang memasang anak buahnya kok, ya dia bisa tutup mata dong. “Kan
tinggal menyesuaikan as komstir YZ85 persis panjan dan diameter
Montrack,” kata Topo yang punya tato kepala busi doang di lengan dan pantat businya di kaki, entah apa maksudnya.
Jangan dikira kecil kaki-kaki YZ85. Sokbrekernya biasa dipasang di kaki-kaki grasstrack profesional di kejurnas Indonesia. Fungsi dan mutunya jaminan. Bahkan di motocross benaran yang bisa dilakukan SE250, juga bisa diloncati SE85. Makanya roda ring 17 depan-belakang dengan mudah masuk pada dudukan rodanya. Peleknya sendiri pakai tapak 2,5 inci depan dan belakang 4,25 inci. Bahkan ban Battlax 120/ 70/17 depan dan belakang 160/60/17 nggak ada masalah di situ. Lihat saja fotonya, lagi distanding.
Nah ini dia, supaya si Cebol itu kakinya bisa sampai aspal, ground clearance kembali dibikin lebih dekat ke tanah. Caranya? “Saya pasang swing arm bawaan motor Aprilia SXV 4,5 yang memang tulen untuk supermoto. Tapi yang ini made in Tauco Custom yang cuma dibikin mirip
ukuran dan desainnya,” jelas Topo sambil dagu diangkat seolah hanya dia
yang bisa bikin lengan ayun dari pelat tersebut. Sombong kaleee...
Katanya sih dengan lengan ayun ini, sasis bagian pantat (sub frame) bawaan Montrack jadi korban dipalu, digergaji, digerinda, dilas dan digigit sama Topo. Ah, yang benar aja lu, macam debus ya? Begitulah Topo, segala jenis besi di tangannya bisa ‘digigit’ dan nurut. Pokoknya sub frame ini diganti dengan pipa hollo 2x2 untuk mengakali pemilik bisa nyaman duduk.