Sempat salah gaya
Jujur saja nih, gue baru kali ini melihat SUV pendeknya seperti ini. Apalagi ini adalah sebuah Nissan X-Trail, yang mana sama sekali bukan mobil pilihan untuk bermain Stancelovers. Audi, sang pemilik, memang gokil banget. “Sebelum jadi begini, gue sempat salah gaya, sob,” ujarnya. Menurut pengakuannya, sebelumnya X-Trail ini sempat ‘full D.A.D’. “Langsung dibilang sama teman-teman, katanya lawas banget, ya sudah ubah gaya deh,” kenangnya.
Mencari inspirasi di internet terkadang bisa membawa influence cukup kuat. Begitu juga ketika Audi melihat gambar Nissan Terrano ceper banget. “Wah kandas pol, sob! Sasis sama aspal jaraknya ada sekitar tiga jari, kali,” tuturnya semangat. Berbekal ‘racun’ tersebut, Audi pun mulai membangun X-Trail dibantu teman-temannya. Beruntung ia ditawari sebuah velg cantik oleh salah seorang temannya. Yaitu Routech by Advanti berdiameter 20x(9+10) inci dengan offset 15 dan 17 di belakang. “Velg ini sebenarnya fitment untuk BMW seri 5,” jujurnya. Karena Routech ini PCD-nya 5x120, maka Audi pun harus membubut PCD mobilnya jadi 5x120.
Next project, ban dan suspensi yang tepat. Untuk ban, Audi memercayakan Toyo Proxes4 225/35R20 di depan dan Accelera Phi 235/35R20. Agar bisa sependek ini, pria yang masih kuliah di universitas ternama di BSD ini mengganti suspensi standar dengan custom. “Depan pakai per CR-V dan sokbreker Trajet, belakang pakai per Peugeot 406 sama sokbreker Mercy,” ujarnya. Empuk? “Keras banget! tapi biarin deh, hahaha…” tawanya.
Fender belakang X-Trail tergolong besar. Buktinya, 20x10 inci offset 17 di belakang tidak menemui kendala berarti dalam pemasangan. “Karena konstruksi kaki-kakinya independent, jadi pas diceperin langsung dapat camber negatif di bagian belakang,” ungkap pria ramah ini. Akibatnya velg terlihat ‘nyemplung’ di dalam fender.
“Kurang mepet fender, jadi tambah spacer 8 mm biar nempel,” terangnya. Alhasil dinding ban Accelera Phi menempel terus dengan fender dan tergerus sampai ‘mulus’ karena offset yang semakin agresif. “Fender belakangnya enggak bisa diakalin, jadi bannya saja yang dikalahin,” ucap pria berpostur tinggi ini. Sob, gue salut banget sama elu. Tapi jujur saja gue masih bengong lihat spion X-Trail sejajar sama spion Corolla gue…
Jujur saja nih, gue baru kali ini melihat SUV pendeknya seperti ini. Apalagi ini adalah sebuah Nissan X-Trail, yang mana sama sekali bukan mobil pilihan untuk bermain Stancelovers. Audi, sang pemilik, memang gokil banget. “Sebelum jadi begini, gue sempat salah gaya, sob,” ujarnya. Menurut pengakuannya, sebelumnya X-Trail ini sempat ‘full D.A.D’. “Langsung dibilang sama teman-teman, katanya lawas banget, ya sudah ubah gaya deh,” kenangnya.
Mencari inspirasi di internet terkadang bisa membawa influence cukup kuat. Begitu juga ketika Audi melihat gambar Nissan Terrano ceper banget. “Wah kandas pol, sob! Sasis sama aspal jaraknya ada sekitar tiga jari, kali,” tuturnya semangat. Berbekal ‘racun’ tersebut, Audi pun mulai membangun X-Trail dibantu teman-temannya. Beruntung ia ditawari sebuah velg cantik oleh salah seorang temannya. Yaitu Routech by Advanti berdiameter 20x(9+10) inci dengan offset 15 dan 17 di belakang. “Velg ini sebenarnya fitment untuk BMW seri 5,” jujurnya. Karena Routech ini PCD-nya 5x120, maka Audi pun harus membubut PCD mobilnya jadi 5x120.
Next project, ban dan suspensi yang tepat. Untuk ban, Audi memercayakan Toyo Proxes4 225/35R20 di depan dan Accelera Phi 235/35R20. Agar bisa sependek ini, pria yang masih kuliah di universitas ternama di BSD ini mengganti suspensi standar dengan custom. “Depan pakai per CR-V dan sokbreker Trajet, belakang pakai per Peugeot 406 sama sokbreker Mercy,” ujarnya. Empuk? “Keras banget! tapi biarin deh, hahaha…” tawanya.
Fender belakang X-Trail tergolong besar. Buktinya, 20x10 inci offset 17 di belakang tidak menemui kendala berarti dalam pemasangan. “Karena konstruksi kaki-kakinya independent, jadi pas diceperin langsung dapat camber negatif di bagian belakang,” ungkap pria ramah ini. Akibatnya velg terlihat ‘nyemplung’ di dalam fender.
“Kurang mepet fender, jadi tambah spacer 8 mm biar nempel,” terangnya. Alhasil dinding ban Accelera Phi menempel terus dengan fender dan tergerus sampai ‘mulus’ karena offset yang semakin agresif. “Fender belakangnya enggak bisa diakalin, jadi bannya saja yang dikalahin,” ucap pria berpostur tinggi ini. Sob, gue salut banget sama elu. Tapi jujur saja gue masih bengong lihat spion X-Trail sejajar sama spion Corolla gue…
‘JENGGOT’ CUSTOM
Ada detail eksterior yang menarik perhatian saya Yaitu lips spoiler
alias ‘jenggot’ di bemper depan. Aksesori ini sengaja dibuat untuk
menyiasati bentuk bemper X-Trail yang menurut Audi kurang asyik. “Kalau
bempernya dibiarin polos, mobil jadi enggak kelihatan ceper,” keluhnya.
Lantas mobil pun diboyong ke bengkel modifikasi BnD, Fatmawati, Jakarta
Selatan agar dibuatkan lips spoiler.
“Desainnya disesuaikan dengan lekuk bemper dan harus cocok dengan aksen hitam over fender-nya,” tutur Audi. Maka didapatlah desain lips spoiler seperti ini. Keren!
“Desainnya disesuaikan dengan lekuk bemper dan harus cocok dengan aksen hitam over fender-nya,” tutur Audi. Maka didapatlah desain lips spoiler seperti ini. Keren!
RUMAH MODIFIKASI:
Kaki-kaki : Jaya Spring, Haji Nawi, Jakarta Selatan
Eksterior : BnD, Fatmawati, Jakarta Selatan
Interior : FUM, Ciputat, Tangerang
Audio : Maman Audio, Fatmawati, Jakarta Selatan
SPESIFIKASI:
Velg Routech by Advanti 20x(9+10) inci offset 15 (depan) offset 17 (belakang), ban Toyo Proxes4 225/35R20 (depan), Accelera Phi 235/35R20 (belakang), per depan Honda CR-V, per belakang Peugeot 406, sokbreker depan Hyundai Trajet, sokbreker belakang Mercy, lips spoiler custom, fog lamp custom, jok+plafon MB Tech, head unit Pioneer DEH-6350SD, speaker depan Audioquartz, power amplifier Audiobank, kabel MonsterCable, subwoofer 12 inci Cyber Audio, HID Provision 6.000 K (mobil.otomotifnet.com)